BANJARMASIN, klikkalsel.com – Titian sepanjang 80 meter di Kampung Hijau mendadak ambruk yang membuat warga di kawasan sekitar kaget denga kejadian tersebut.
Insiden yang tiak hanya mengagetkan warga sekitar, tapi juga memicu sorotan tajam terhadap teknis pengerjaan proyek renovasi yang tengah berlangsung.
Pasalnya ambruknya titian di Kampung Hijau tersebut terjadi saat proses perbaikan jalan titian sepanjang 68 meter dengan anggaran lebih dari Rp2 miliar.
Kepala Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin, Damayanti mengakui bahwa pekerja konstruksi memang melakukan pemotongan pada bagian badan jembatan.
“Kami memang ada melakukan pengerjaan, tapi itu hanya pemotongan bagian atasnya saja, tidak sampai ke bawah,” ucapnya.
Ia juga mengklaim pemotongan besi atas tersebut bukan merupakan struktur titian yang asli. “Jadi sebenarnya selama ini itu hanya mengikat posisi ini sampai dengan paling ujung bagian roboh itu. Kemungkinan kalau kita cermati,” bebernya.
Namun, salah seorang advokat yang juga bertempat tinggal di kawasan sekitar lokasi, Kusman Hadi, menegaskan bahwa kejadian itu lantaran adanya kesalahan teknis dalam konstruksi sangat mungkin menjadi penyebab utama runtuhnya titian yang selama ini menjadi jalur vital warga.
Baca Juga : Titian di Kampung Hijau Ambruk, Warga Terjebak dan Sejumlah Aktivitas Warga Lumpuh Total
Baca Juga : Titian Kampung Hijau Ambruk, PUPR Banjarmasin Segera Anggarkan Perbaikan
“Menurut saya teknis pengerjaannya salah. Harusnya dibongkar dulu semua, lalu dikerjakan per segmen. Ini malah langsung dilapisi saja, dan salah satu ruasnya dipotong. Akibatnya, pondasi jadi tidak kuat dan runtuh,” ujarnya.
Menurutnya, titik kelemahan utama bukan hanya pada metode pengerjaan, tetapi juga pada minimnya pemahaman terhadap karakteristik medan.
Lokasi titian yang roboh tersebut berada di tikungan sungai yang memiliki arus cukup deras. Hal ini, menurutnya, seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam proses renovasi.
“Salah satu hal yang tidak diperhatikan adalah karakteristik sungai di sini. Lokasinya kena arus. Kalau tidak dibongkar dan dipasang bertahap, jelas pondasinya tidak kuat,” tuturnya.
Ternyata, sebelum kejadian ini, Mila warga setempat sempat melontarkan kekhawatiran. Mereka mendengar suara-suara aneh serta merasakan getaran dari arah titian yang tengah diperbaiki.
Sayangnya, suara kekhawatiran itu tak berbuah respons yang memadai. Renovasi tetap berjalan, tanpa adanya pembongkaran total yang mungkin bisa mencegah insiden nahas tersebut.
“Kedepan mudahan segera diperbaiki dan dibangun lebih kokoh. Jangan sampai kejadian seperti ini lagi,” tandasnya.(fachrul)
Editor : Amran





