BANJARMASIN, klikkalsel.com – Belakangan ini warga Banjarmasin dibuat resah dengan banyaknya isu di sosial media yang mengabarkan sekelompok remaja akan melakukan penyerangan di beberapa kawasan dan terkesan menantang anggota kepolisian setempat.
Hal tersebut juga menimbulkan banyak komentar dari kalangan masyarakat yang terkadang geram atas postingan tersebut
Menanggapi persoalan yang melibatkan sekelompok remaja dan belakangan ini hangat menjadi pembicaraan, Dosen Program Studi (Prodi) PPKN Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Reja Fahlevi mengatakan, indikasi ini sudah ada dari beberapa bulan yang lalu.
“Seharusnya dengan kejadian ini, pihak dari kepolisian khususnya dalam ranah untuk keamanan di masyarakat tidak mengendorkan pengawasan,” ujarnya, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga Patroli Tumpas Genk Motor, Polsek Bantim Tangkap Tangan Jambret
Baca Juga Sempat Tidur Bersama, Warga HSS Curi Motor Milik Teman Kerjanya Ketika Terlelap
“Seperti yang saya katakan beberapa waktu lalu, terkait adanya perkelahian kelompok remaja pada malam hari diharapkan pihak kepolisian untuk melakukan pengawasan di jalan-jalan. Misalnya melakukan razia pada dini hari kepada kelompok remaja yang berkumpul.” sambungnya.
Akan tetapi, karena beberapa bulan kejadian itu tidak marak lagi dan diduga pengawasan menjadi longgar sehingga membuat kelompok remaja tersebut kembali berulah atau muncul kembali.
Sebetulnya, fenomena yang namanya genk motor kalau dilihat dari segi sosiologis merupakan bagian dari kenakalan remaja.
“Kenakalan remaja yang ingin eksistensinya dan aktualisasinya diakui, tapi hal ini mereka lakukan dengan cara yang salah. Yaitu dengan menyerang membabi buta, merusuh di kampung orang serta ditunjukkan dengan live di sosial media,” jelasnya.
Sehingga, kata Reja, hal ini menjadi perhatian dari semua pihak yang mana nantinya bisa melahirkan paradigma yang tidak bagus di lingkungan masyarakat.
Meskipun begitu, terkait apa yang sudah dilakukan pihak kepolisian beberapa hari ini Reja sangat setuju dan mengapresiasinya.
“Saya harap pengawasan seperti ini jangan dilonggarkan lagi. Apalagi pada saat malam-malam weekend (akhir pekan),” tuturnya.
Karena, pada malam tersebut seperti malam Sabtu dan Minggu sangat rawan akan terjadinya lagi tindakan seperti yang belakangan ini terjadi.
Disamping itu, kata Reja, peran orangtua juga sangat penting sebagai pendukung. Diantaranya dengan tidak mengizinkan atau melarang anaknya keluar hingga larut malam.
“Baik itu, ada keperluan yang memang harus dilakukan,” imbuhnya.
Serta mengontrol pola dan tingkah laku si anak yang statusnya masih seorang pelajar.
Kemudian, sebagai tambahan karena kejadian ini sudah dianggap membahayakan, maka diperlukan adanya saksi atau efek jera yang diberikan.
“Jadi tidak hanya sanksi sosial dari masyarakat, juga ada sanksi hukum yang tegas, sanksi tersebut nanti akan menjadi contoh yang dapat dilihat dan enggan untuk ditiru,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi