BANJARMASIN, klikkalsel.com – Belum lama ini sejumlah kelompok remaja di wilayah Kota Banjarmasin terlibat tawuran di perempatan Siring Bekantan Jalan Kapten Piere Tendean, pada Minggu (12/6/2022) pagi. Bahkan video tawuran tersebut sempat viral di beberapa akun sosial media.
Dalam video itu, para remaja tersebut diduga masih di bawah umur, mereka saling serang menggunakan batu,kayu dan juga beberapanya menggunakan senjata tajam (Sajam).
Tawuran remaja di lokasi tersebut bukan yang pertama kalinya, melainkan sudah yang kedua kalinya terjadi, pada Minggu (26/9/2021) pagi.
Adanya tawuran tersebut, klikkalsel.com mencoba meminta penjelasan kepada Psikolog tentang latar belakang penyebab tawuran remaja itu bisa terjadi.
Hal itu karena tawuran remaja dinilai merupakan penyakit sosial yang cukup serius, bahkan aksi ini dapat dikatakan merugikan orang banyak. Tidak jarang media nasional memberitakan dampak tawuran yang membuat pelakunya kehilangan nyawa.
Psikolog dari RSUD Ansari Saleh, Melinda Bahri,S.Psi kepada klikkalsel.com menjelaskan, tawuran tersebut merupakan contoh dari kenakalan remaja yang merupakan gangguan perilaku dan emosional serius yang dapat terjadi pada anak-anak atau remaja.
Baca Juga : Menjadi Duta Psikologi ULM 2022, Arman dan Nabila Dukung Terus Program Kampus
Baca Juga : Tanggapan Psikolog Fenomena Skuter dan Sepeda Listrik di Banjarmasin, Ada Dampak Kestabilan Emosi
“Ini merupakan gangguan kejiwaan yang sangat merusak, yang ditandai dengan perilaku antisosial dan agresif yang parah. Termasuk agresif fisik, pencurian, kerusakan properti,dan pelanggaran hak orang lain,” kata Melinda Bahri,S.Psi, Selasa (14/6/2022).
Menurutnya, penyebab dari terjadinya tawuran belakangan ini dikarenakan faktor genetik dan kecerdasan yang rendah dari para remaja pelaku tawuran tersebut.
Ditambah adanya faktor lingkungan sosial yang keras serta kurangnya pengawasan atau perhatian orangtua membuat remaja itu seringkali mengambil tindakan yang belum tepat tanpa pemikiran panjang atau tidak memikirkan konsekuensinya.
“Juga bisa dipengaruhi faktor ekonomi atau dapat juga terjadi pada remaja yang mengalami gangguan mood, trauma masa lalu, gangguan belajar atau karena pengaruh obat-obatan terlarang,” jelasnya.
“Dari pengaruh obat-obatan terlarang itu, membuat remaja menjadi lebih agresif dan emosional,” sambungnya.
Guna menanggulanginya, ujarnya dirasa perlu melakukan psikoedukasi kepada orangtua mengenai pengasuhan anak yang memasuki usia remaja.
Kemudian, kepada anak yang memasuki usia remaja itu, juga dilakukan treatment oleh tenaga profesional spt Psikolog untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
“Sehingga mereka dapat mengendalikan prilaku agresifnya,” imbuhnya.
Sebab, tawuran memiliki dampak buruk secara psikologi dalam jangka panjang. Mereka yang sering tawuran akan terbiasa berkelahi dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan.
Karena itu, Melinda Bahri,S.Psi berpesan kepada para orangtua dapat membagun komunikasi yang baik di dalam lingkungan keluarga.
“Seperti meluangkan waktu untuk banyak melakukan interaksi bersama anak. Karena pada masa remaja anak membutuhkan tempat untuk bercerita mengenai masalah-masalah yang dihadapinya,” jelasnya.
Informasi dihimpun, tawuran remaja tersebut sempat dibubarkan anggota Polsek Banjarmasin Tengah yang didatangi ke lokasi kejadian.
Dari sana polisi berhasil mengamankan empat orang anak, sementara lainnya berhasil melarikan diri.
“Setelah mendapat laporan dari masyarakat, kami langsung mendatangi lokasi Siring patung bekantan,” kata Kapolsekta Banjarmasin Tengah, Kompol Susilo melalui Kanit Reskrim, Iptu I Gusti Ngurah Utama Putra,
Selanjutnya empat anak yang sudah diamankan, langsung menuju Mapolsek Banjarmasin Tengah, untuk mendapatkan pembinaan.
“Karena mereka ini masih di bawah umur, sehingga kami lakukan pembinaan, dan sudah kami serahkan ke orang tua mereka masing-masing,” pungkasnya (airlangga)
Editor: Abadi