Politeknik Kotabaru Coba Bantu Pemerintah Temukan Solusi Masalah Perikanan di Desa Sungai Taib

Direktur Politeknik Kotabaru, M Rezky Oktavianoor

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Permasalahan potensi perikanan yang dinilai sudah berkurang di kawasan perairan Desa Sungai Taib, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru menjadi kondisi pelik yang hingga kini belum teratasi.

Mencari benang kusutnya, Politeknik Kotabaru mencoba melakukan penelitian guna mencari jalan tengah agar kondisi tersebut bisa segera diatasi khususnya bagi Pemerintah setempat.

Diketahui kawasan Desa Sungai Taib tersebut merupakan kawasan pesisir yang berdekatan dengan 2 perusahaan besar. Namun menurut Direktur Politeknik Kotabaru, M Rezky Oktavianoor, tertutupnya pihak perusahaan merupakan salah satu faktor kondisi pelik saat ini.

Meski dalam penelitiannya, pihak perusahaan sudah mengeluarkan Corporate Social Responsibility (CSR). Namun hal tersebut tidak dirasakan dampak besarnya bagi masyarakat sekitar.

Penelitian yang menggandeng sejumlah tenaga ahli tersebut pun mendapati, bahwa sudah sejak lama kawasan desa itu bukan lagi kawasan perairan tangkap. Itu juga terlihat dalam peta potensi perikanan tangkap dari Dinas Perikanan di Kotabaru.

“Alhasil kini, 28 nelayan yang terdata di desa itu mencoba usaha lain untuk mencari pendapatan. Dan karena sudah lama tidak melaut, kapal yang tertambat pun disewakan untuk orang yang hendak memancing,” ujarnya, Kamis (11/11/2021).

Baca Juga : Banjarmasin Terdampak Luapan Air Sungai, Pemko Siapkan Apel Siaga

Baca Juga : Setubuhi Gadis 13 Tahun, Kakek Bejat di Tabalong Dipolisikan

Terkait potensi paling besar yang bisa digarap di kawasan itu, dari hasil penelitian adalah berupa usaha budidaya udang vaname. Udang yang biasa disebut dengan udang kaki putih atau udang raja.

“Kami melihat, budidaya udang vaname bisa meningkatkan hasil produksi perikanan berbasis ekspor. Bahkan di Desa Sungai Taib, adalah kawasan yang pas. Karena tambak dan bekas tambak di sana saat ini merupakan potensi yang belum tergarap,” jelasnya.

“Padahal, budidaya ini sangat sederhana dan besar keuntungannya. Namun sayang tidak begitu dilirik,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa keuntungan dari budidaya udang vaname. Dengan modal total Rp 150 juta, dalam waktu dua hingga tiga bulan sudah bisa dipanen.

“Sekali panen minimal 2 ton, harga per kilo Rp 60 ribu. Uang yang dihasilkan sekitar Rp 125 juta untuk sekali panen. Bayangkan saja bila setahun. Sudah pasti akan banyak keuntungan yang dihasilkan,” jelasnya.

Maka dari itu, menurutnya bantuan yang disalurkan perusahaan bisa dengan cara menyediakan atau membuatkan tambak berikut alat penunjangnya. Kemudian melakukan pendampingan.

Sehingga CSR yang disalurkan oleh perusahaan bisa benar-benar dirasakan oleh masyarakat, dan program yang dijalankan pemerintah setempat pun bisa selaras.

“Sistem budidaya yang dipakai itu semi intensif. Sudah ada yang melakukan bahkan sampai limabelas kali panen. Lokasinya di kawasan Sarang Tiung,” ungkapnya.

“Jadi, kami rasa mesti ada perubahan di situ. Dari nelayan tangkap beralih ke pembudidaya atau tambak. Karena seperti diutarakan sebelumnya, di Desa Sungai Taib, bukan lagi kawasan perairan tangkap dalam peta potensi perikanan tangkap,” ujar M Rezky Oktavianoor menambahkan.

Sementara itu, dari kacamata tenaga ahli praktisi media, Toto Fachruddin menyebut bahwa temuan dalam penelitian Politeknik Kotabaru, bisa menjadi rekomendasi terhadap Pemerintah setempat. Agar bisa lebih intens berkomunikasi perusahaan yang beroperasi di Kotabaru.

Karena menurutnya sesuai dengan fakta yang didapat di lapangan, masyarakat sangat mengharapkan pemberdayaan pembinaan dalam bentuk pelatihan permodalan yang diarahkan. Hingga bisa lebih bertahan lama.

Sehingga dalam hal ini Pemkab Kotabaru bisa menjadi fasilitator sekaligus menjadi inisiator bagaimana merangkul perusahaan untuk mengarahkan program CSR lebih kepada pemberdayaan masyarakat.

“Kami belum melihat visi pemda, ketika merancang program, itu berjalan sinergis antara dengan perusahaan yang beroperasi di daerah itu, bahkan sinergis dengan tipologi masyarakat di sana,” tandasnya.(fachrul)

Editor : Amran