BANJARMASIN, klikkalsel – Adanya aksi anarkis pengrusakan fasilitas gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Selatan oleh sekelompok mahasiswa sangat disayangkan.
Apalagi cara-cara pengrusakan itu tidak satupun diantara mereka untuk mengantisipasi bahwa perbuatan itu salah dan merusak etika sebagai agen perubahan.
Dr Taufik Arbain selaku mantan aktifis Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menilai cara-cara kurang etis demikian, malah meruntuhkan citra gerakan mahasiswa di mata
publik, termasuk di mata mahasiswa lainnya yang memiliki kepedulian terhadap masalah sosial.
“Kita berharap aksi-aksi tidak etis seperti itu tidak terulang lagi, apalagi sampai menjadi instrument politik pihak-pihak tertentu untuk ‘melumpuhkan’ semangat pembelaan
terhadap kepentingan rakyat,” katanya, Sabtu (15/9/2018).
Untuk itu jangan matikan semangat agen perubahan karena ulah sekelompok mahasiswa demikian. Saat ini gerakan mahasiswa rentan menjadi bulan-bulanan politik jika salah langkah.
“Jadi tunjukkan kecerdasan, gunakan saluran yang beradab. Demonstrasi itu bukan sekadar aksi gagah-gagahan,” jelas Dosen Fisip ULM ini.
Ia mengakui harusnya mahasiwa itu representasi keprihatinan publik, sehingga mereka mampu mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang akan mematikan gerakan dan perjuangannya.
“Kalau demo mendobrak pintu, merusak property yang dibeli dari uang rakyat, itu bukan mahasiswa,” pungkasnya.
Aksi demikian, justru pesan yang disampaikan ke publik bukan soal keprihatinan pembelaan rakyat, tetapi pesan yang sampai adalah seperti rusuh massa.
Karena salah satu ciri rusuh massa itu adalah anarkis dan pengrusakan terhadap simbol-simbol yang melekat pada lawan, apakah asset negara, asset publik atau kelompok tertentu.
“Saya kira penghancuran alat negara perlu diambil sikap tegas,” ungkapnya.(baha)
Editor : Elo Syarif