BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pemko Banjarmasin dinilai terlalu banyak mengeluarkan anggaran untuk kegiatan yang bersifat seremoni yang tak terlalu urgen.
Salah satu kegiatan yang dinilai membuang-buang anggaran yakni pembuatan film Jendela Seribu Sungai, yang awalnya digadang-gadang sebagai wadah promosi Kota Banjarmasin.
Nyatanya dari data yang dirangkum, total kunjungan atau penonton dari film Jendela Seribu Sungai ini hanya sebanyak 29.705 penonton dengan nilai penjualan Rp 1,2 miliar lebih.
Tentunya angka tersebut masih sangat jauh dibandingkan dengan produksi pembuatan film itu sendiri yang memakan anggaran APBD Kota Banjarmasin sebesar Rp 6 miliar.
Dengan nilai tersebut, lantas apa yang didapatkan oleh Kota Banjarmasin?
Anggota DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi menilai bahwa Pemko Banjarmasin kurang fokus dalam memanajemen penggunaan keuangan daerah.
“Sebenarnya apa sih targetnya yang sesuai dengan visi misi pak Walikota. Kalau kita lihat disini ketidak fokusan dalam penggunaan anggaran itu karena banyaknya banyaknya even yang bersifat seremonial,” tuturnya.
“Sebenarnya setelah melalui pembahasan di bidang anggaran, itu juga tidak berdampak besar kepada pendapatan daerah. Artinya even-even yang dibuat itu tidak berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap daerah,” sambungnya.
Baca Juga Triwulan Ketiga Capaian PAD Pemko Banjarmasin Baru 50 Persen Lebih
Baca Juga ASN Pemko Yang Diduga Berselingkuh Dijatuhi Hukuman Berat
Terlebih menurutnya, dalam pembuatan film Jendela Seribu Sungai awal tahun 2023 lalu, menjadi perdebatan antara Pemko Banjarmasin dan DPRD Kota Banjarmasin, karena penggunaan anggaran dinilai tidak transparan.
“Dari sisi penganggaran sudah tidak transparan dengan kawan-kawan anggota DPRD Banjarmasin. Jadi pembuatan film ini dikemas dalam bentuk promosi daerah. Tapi setelah realisasinya adalah pembuatan film,” ujarnya.
Selain itu menurut Afrizaldi, di DPRD Banjarmasin tidak pernah dijelaskan secara detail apa target dari pembuatan film tersebut. Ternyata film yang digadang-gadang mengangkat Kota Banjarmasin dari sisi pariwisata, nyatanya tidak dibuktikan mengangkat peningkatan jumlah pengunjung di siss pariwisatanya.
“Sebelum dan sesudah pembuatan film itu kunjungan pariwisata di Banjarmasin ya segitu-segitu saja. Artinya film itu tidak berdampak promosi daerah kita, karena sejak awal dari sisi perencanaannya tidak jelas, tidak mempunyai kajian yang jelas,” tegasnya.
Selain pembuatan Film Jendela Seribu Sungai yang dnilai buang-buang duit, Afrizal juga menyoroti anggaran pelaksanaan Aruh Sastra XX yang menelan anggaran Rp 1 miliar lebih.
Menurutnya Pemerintah sangat mengapresiasi upaya dalam menghargai kebudayaan, dalam memposisikan daerah sebagai daerah yang berbudaya.
“Tapi seharusnya kita harus melihat tolak ukur dari kemampuan keuangan daerah. Karena kemampuan keuangan daerah itu diukur dari skala urgensinya,” bebernya.
Saat ini kata dia, masih banyak hal-hal bersifat urgen yang harus dipenuhi. Ini malah justru membuat even yang bersifat seremonial yang mungkin bisa saja ditunda tahun depan.
“Jadi harapan saya kegiatan yang tidak bersifat urgensi ini bisa kita tunda saja,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran