Nelayan asal Rembang Bertaruh Nasib saat 17 Jam Terombang-Ambing di Laut Jawa

Sutrisno (50) dan Karsono (49) menceritakan detik-detik kapal tenggelam dan perasaan saat terombang ambing di Laut lepas selama 17 jam

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sutrisno (50), seorang Nelayan asal Rembang, menceritakan pengalaman buruknya usai 17 jam terombang ambing di laut lepas setelah kapalnya tenggelam di kawasan Laut Jawa.

Kala itu, ia bersama 13 rekannya tengah berlabuh, usai sepekan penuh memburu ikan di laut lepas dengan kondisi cuaca terbilang tenang.

Tiga ton ikan sudah di tangan, keberhasilan yang jarang didapat. Namun, nasib berkata lain. Hingga, Jumat (11/10/2024) semuanya terkejut dan berubah menjadi pengalaman buruk yang tidak mudah dilupakan.

“Jam 12 malam, kami semua tidur,” ujarnya, Minggu (13/10/2024).

Mereka tertidur karena kondisi lelah sudah sangat terasa setelah hari-hari panjang di bawah terik matahari, berjuang demi nafkah. Tanpa tanda, tanpa firasat, tiba-tiba air menyeruak masuk ke dalam kapal.

“Airnya tiba-tiba penuh di dalam kapal. Kapalnya miring, dan tenggelam begitu cepat,” kata Sutrisno,

Baca Juga Sebelas ABK KM Sabar Subur I Terombang Ambing di Laut Jawa Berhasil Selamat, 3 Masih Hilang

Baca Juga Kapal Bermuatan Garam Tujuan Pelabuhan Bawang Banjarmasin Tenggelam, 9 ABK Dalam Pencarian

Bahkan, sebelum air masuk dirinya mengaku terkejut karena tidak ada peringatan. Air gelap menghantam mereka tanpa ampun, menyeret kapal mereka ke dasar.

“Kami semua langsung keluar, pakai pelampung seadanya,” ujarnya.

Dengan kondisi mencekam itu, Sutrisno sempat bingung dan tak dapat berpikir jernih seiring kapal yang dinaikinya itu sudah hilang tenggelam dari pandangan.

Kapten kapal, Karsono (49), juga tak menyangka insiden itu terjadi secara tiba-tiba saat pihaknya sedang tidur usai berlabuh jangkar di tengah laut tersebut.

“Kami tidur saat itu, kapalnya labuh jangkar. Tiba-tiba mati listrik, dan air masuk dengan cepat. Saya tidak tahu pasti kenapa,” ujarnya.

Sontak, kapal mereka tenggelam dalam hitungan menit, meninggalkan 14 jiwa terombang-ambing di tengah laut yang sunyi.

Mereka mengaku hanya berpegangan erat pada pelampung seadanya dan berusaha bertahan.

Laut malam itu tak bersahabat. Ombak besar menghantam tanpa henti, memaksa mereka bertahan hidup di antara kegelapan.

“Kami hanyut dari jam 12 malam sampai jam 5 sore. Dua kapal lewat, tapi terlalu jauh, mereka tidak melihat kami. Saya sempat pasrah,” ungkapnya.

Lalu, harapan datang. Sebuah kapal nelayan muncul di depan mereka, seperti jawaban dari doa yang tak terhitung jumlahnya.

Mereka segera ditolong, 11 orang berhasil dibawa ke darat. Namun, tiga rekanya belum ditemukan dan diduga masih terombang-ambing di laut lepas tersebut.

Sementara ini, para keluarga di rumah sudah diberitahu. Tangis dan doa tak henti dipanjatkan, berharap laut yang ganas segera mengembalikan tiga orang yang masih dilaporkan hilang. (airlangga)

Editor: Abadi