BANJARMASIN, klikkalsel.com – Kota Banjarmasin yang selama ini dikenal sebagai kota Seribu Sungai memiliki citra melekat kuat pada wisata pasar terapung.
Namun, realitas menunjukkan bahwa pasar terapung di kawasan Kuin sudah tak ada lagi aktivitas seperti dulu. Sementara pasar terapung Lok Baintan yang tersisa justru berada di wilayah administratif Kabupaten Banjar.
Hal ini menuntut Banjarmasin untuk melakukan reposisi dan redefinisi potensi wisatanya, agar tetap relevan dan mampu bersaing di era pariwisata berbasis pengalaman (experience tourism).
Pengamat dan Pemerhati Wisata Kalsel, Akbar Rahman mengatakan, bahwa Banjarmasin tetap bisa menjadi gerbang utama Kalsel, sebagai pintu masuk wisatawan maupun titik transit menuju destinasi lain.
“Hotel, pusat perdagangan dan transportasi sungai berada di kota ini,” ucapnya, Sabtu (19/7/2025).
Baca JugaĀ Dukung Budaya Daerah, Bank Kalsel Bantu Pembangunan Spot Pasar Terapung di TMII
Baca JugaĀ Kawasan Siring Menara Pandang Diminta Dibenahi
Hal itu tentunya menjadi peluang untuk mengembangkan Banjarmasin sebagai kota transit berpengalaman (experience-based transit city), bukan sekadar hanya tempat singgah.
“Meskipun pasar terapung mulai redup, potensi wisata susur sungai tetap berpotensi bila dikemas dengan pendekatan heritage tour,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa kawasan sungai Martapura menyimpan banyak sejarah peradaban sungai, mulai dari Masjid Sultan Suriansyah, Kampung Arab Al-Munawwarah, Masjid Jami hingga Kampung Sasirangan yang khas.
“Disitu terdapat narasi perjalanan menyusuri jejak sejarah ini bisa menjadi alternatif yang menarik, untuk wisata di Banjarmasin,” bebernya.
Selain itu, Banjarmasin memiliki kekayaan kuliner khas sungai yang belum sepenuhnya dioptimalkan sebagai atraksi wisata. Kuliner terapung, wisata makan di perahu, serta festival kuliner di tepian siring bisa menjadi daya tarik baru.
Revitalisasi kawasan kota tua seperti Pasar Ujung Murung, Sudimampir, Pasar Lama dan sekitarnya berpotensi meningkatkan kualitas dan citra urban.
“Banjarmasin perlu membangun ulang narasi wisatanya dari sekadar pasar terapung, menjadi kota peradaban sungai, dengan fokus pada budaya, sejarah, dan ekologi perairan,” jelasnya.
“Mulai dari wisata edukasi di Kampung Sasirangan, city tour heritage, wisata kuliner sungai, hingga wisata religi yang terintegrasi dalam jalur sungai,” tambahnya.
Tentu menurut Akbar dalam pengembangannya perlu melibatkan UMKM, komunitas lokal, dan pelaku kreatif dalam pengembangan wisata sehingga ekonomi wisata mengalir langsung ke masyarakat.
“Fasilitas seperti dermaga yang aman, jukung wisata yang nyaman, papan informasi sejarah, dan ruang publik di tepian sungai harus menjadi prioritas dan semakin representatif,” tuturnya.
“Banjarmasin memiliki peluang untuk menjadi kota wisata yang tidak hanya menjual romantisme masa lalu, tetapi juga menawarkan pengalaman baru yang berbasis budaya dan peradaban sungai,” tandasnya.(fachrul)
Editor : Amran





