BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sebanyak 700 satri Pondok Pesantren Darussalam Martapura mengikuti kegiatan ‘Pesantren Sehat Lifebuoy’ yang merupakan program Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Unilever Indonesia, Selasa (27/2/2024) kemarin.
Melalui brand Lifebuoy, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan santri dengan kegiatan pelatihan dan edukasi kesehatan sekaligus mencetak Duta Santri.
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan, H. Ahmad Sawiti mengatakan, bahwa pihaknya menyambut baik program tersebut yang mengajarkan tentang perilaku hidup sehat.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Unilever Indonesia dengan diadakannya program ini dan diharapkan diterapkan lebih luas lagi, tidak hanya berjalan di 1 atau 2 pesantren, tapi lebih merata lagi,” kata Ahmad Sawiti.
Sementara itu, Pimpinan Ponpes Thayassus Diniyyah Darussalam, Martapura, KH. Ahmad Tarhib juga mengapresiasi program tersebut karena sesuai dengan visi dan misi pesantren dan juga ajaran Islam.
“Kebersihan ini juga harus setiap hari, tidak hanya pada saat ini akan menyambut bulan Ramadan, jadi mengingatkan kita akan kebersihan bukan hanya jasmani, tapi juga rohani,” ujar Ahmad Tarhib.
Baca Juga Tunjang Kesehatan Ibu Hamil dan Balita, Desa Sungai Sipai Akan Bangun Polindes
Baca Juga Bupati Kotabaru kembali Salurkan Bantuan Sosial dan Kesehatan
Menurutnya, satu langkah utama dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian.
Jika dibiasakan, CTPS di 5 momen penting akan mampu melindungi para santri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin.
Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Kota Banjarbaru, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) mencapai 52,38 persen.
Meskipun angka tersebut terbilang cukup tinggi, namun kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Banjarbaru dan sekitarnya.
Secara terpisah, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia, Erfan Hidayat menjelaskan peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area Pesantren.
Salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.
“Sejak tahun 2019 program Pesantren Sehat Lifebuoy telah menjangkau lebih dari 2.000 pesantren dan memberikan manfaat bagi lebih dari 900.000 santri dan santri putri di Indonesia,” ujarnya.
Tahun ini program Pesantren Sehat Lifebuoy hadir di Banjarbaru dengan tujuan memberikan dampak yang lebih luas melalui sejumlah rangkaian kegiatan mulai dari peer-to-peer learning, training for trainers (kepada santri dan santri putri, ustadz, dan ustadzah), edukasi CTPS dengan baik dan benar, hingga pemeriksaan kesehatan.
“Kami berharap dengan kolaborasi yang dilakukan dengan Pesantren di berbagai kota di Indonesia kami dapat menjangkau penambahan 1 juta santri dan santri putri di lebih dari 1.500 pesantren,” kata Erfan.
Kemudian, Interaksi intens antarmasyarakat pesantren menjadikan pesantren unit pendidikan yang berpotensi efektif dalam membiasakan CTPS di 5 momen penting melalui metode peer-to-peer learning, dimana mereka saling mencontohkan dan meniru berbagai perilaku positif.
Menurut studi dari Hungarian Academy of Sciences, peer-to-peer learning atau program edukasi melalui teman sebaya merupakan salah satu cara edukasi yang paling efektif dalam pengajaran CTPS di kalangan anak-anak.
Studi itu menemukan bahwa program edukasi melalui teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan teoritis tentang CTPS dan cara mempraktekkan CTPS yang benar hampir 2 kali lebih baik dari sebelumnya, dan dapat bertahan bahkan 4 bulan setelah program berakhir.
Adapun program Pesantren Lifebuoy dibagi menjadi dua tahap. Yaitu pemilihan Duta Santri oleh pihak Pesantren sebagai peer educator yang akan mendapatkan pelatihan tentang PHBS, terutama CTPS, oleh dokter dari PDUI.
Hal ini menjadi penting karena salah satu faktor kesuksesan peer-to-peer learning adalah kompetensi dan kapabilitas dari peer educator.
Karena itu, melalui pelatihan, Duta Santri akan memahami pentingnya CTPS dan bagaimana cara melakukan CTPS dengan baik dan benar.
Adapun Tahap berikutnya, Duta Santri nantinya akan kembali ke pesantren untuk dapat memulai melakukan Gerakan 21 Hari Pembiasaan CTPS bersama santri atau santri putri lainnya.
Langkah ini menurut teori peer-to-peer learning, edukasi melalui peer educator yang kompeten terbukti lebih efektif dibandingkan dengan edukasi guru-siswa pada umumnya.
Selain peer-to-peer learning, Lifebuoy memberikan bantuan terhadap pesantren berupa dana pendidikan, alat penunjang pendidikan, dan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya.
Dengan dilaksanakannya program Pesantren Sehat Lifebuoy di Banjarbaru, pihaknya berharap dapat melahirkan agen-agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan pesantren maupun masyarakat yang lebih sehat.
“Di tahun 2024, program sudah berjalan di Semarang, Jakarta, Bandung dan saat ini di Banjarbaru, dan akan berjalan di berbagai kota lain di Indonesia, antara lain Palembang, Lampung, Makassar, Bengkulu, dan Padang,” kata Erfan Hidayat.
Untuk diketahui, acara tersebut turut dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Selatan, H. Ahmad Sawiti, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, H. Muhammad Rofi’i, Head of Consumer Market Insight Personal Care Unilever Indonesia, Banto Twiseno.
Pimpinan Ponpes Thayassus Diniyyah (TD) Darussalam, Martapura, KH. Ahmad Tarhib, serta Pengurus PP TD Darussalam Martapura, Kota Banjarbaru. (airlangga)
Editor: Abadi
