BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pemilihan Rektor Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) tahun 2021 ini menjadi paling bersejarah dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab polemik antara kedua tim calon sudah semakin terang-terangan.
Hal itu diungkapkan salah satu Dosen senior Fisip Uniska, Muhammad Uhaib As’ad yang menilai sementara ini senat dan para petinggi di Uniska telah pecah.
“Itu seperti ‘sapu lidi’. Sapu lidi adalah kumpulan dari banyak lidi. Saat ikatan lidi lepas, pasti lidinya berhamburan. Nah seperti inilah kondisi saat ini di Uniska,” katanya saat dihubungi awak media, Selasa (13/4/2021).
Namun, bagi dosen yang sudah melalang buana menjadi narasumber internasional ini, saat ini yang perlu diubah adalah sistem.
Menurutnya, sistem Uniska saat ini sudah tidak ada harga dirinya lagi, Uniska nyaris tidak memiliki sistem. Semua dilakukan demi kepentingan yang tanpa melihat kepentingan sebuah akademisi.
“Sistem Uniska yang berjalan saat ini adalah sistem yang dikontrol oleh ketua yayasan,” ungkapnya.
Hal tersebut diketahuinya misalnya adanya penunjukan dekan di salah satu fakultas yang tanpa memiliki jenjang karir, kemudian ada jabatan di fakultas yang berputar pada orang itu saja.
Terkait pemilihan rektor, Uhaib menilai akumulasi dari sebuah proses jangka panjang dari kekuasaan yang diemban oleh ketua Yayasan.
Ia merasa, ini adalah akhir dari cerita sebuah kekuasaan di Uniska dan Kampus Uniska bersiap menjadi perguruan tinggi yang sehat, maju dan memiliki sistem yang profesional.
“Uniska sudah saatnya mencontoh UII yang memiliki banyak badan usaha, dan tidak lagi tergantung pada SPP,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Amran