BANJARMASIN, klikkalsel.com â Perkembangan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kalsel patut menjadi menjadi perhatian semua pihak. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel mencatat 632 kasus HIV, yang mana 5 kabupaten/kota dengan sebaran tertinggi.
Dinkes Kalsel menyoroti perkembangan kasus HIV dalam tiga tahun terakhir menunjukkan dinamika yang patut menjadi atensi di lingkungan masyarakat. Pada tahun 2023 terdapat 549 kasus, kemudian meningkat 25,7 persen menjadi 690 kasus pada 2024. Lalu di tahun 2025 terjadi penurunan 8,4 persen menjadi 632 kasus.
âKenaikan pada 2024 lebih banyak mencerminkan hasil dari skrining aktif yang semakin luas, sehingga lebih banyak kasus dapat terdeteksi sejak dini. Sementara penurunan pada 2025 menjadi indikasi positif dari upaya pencegahan dan pengobatan yang semakin efektif,â jelas Kepala Dinkes Kalsel, dr. H. Diauddin, M.Kes di Banjarmasin, Selasa (9/12/2025).
Dinkes Kalsel mencatat 5 kabupaten/kota dengan sebaran kasus tertinggi yaitu Banjarmasin 219 kasus, Banjar 66 kasus, Banjarbaru 75 kasus, Hulu Sungai Tengah 49, dan Tanah Bumbu 48 kasus.
Baca Juga :Â Banjarmasin Jadi Daerah Kasus HIV Tertinggi di Kalsel dengan 219 Kasus
Baca Juga :Â Kementerian Komdigi Blokir Situs Archive.org Karena Ada Konten Judol dan Pornografi
Dr. Diauddin mengatakan Dinkes Kalsel terus berupaya menekan penularan HIV dengan berbagai langkah. Di antaranya edukasi dan pencegahan di lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus, lapas, serta tempat hiburan malam, termasuk pembagian kondom bagi kelompok berisiko.
Kemudian penerapan skrining HIV bagi ibu hamil, calon pengantin, penghuni lapas, dan komunitas berisiko tinggi. Pengobatan dan dukungan melalui 122 puskesmas dan RSUD yang ramah serta non-diskriminatif, guna memudahkan akses terapi antiretroviral (ARV).
âPendekatan kembali ODHIV yang sempat putus pengobatan, dengan konseling agar mereka melanjutkan terapi,â tandasnya.
Dia menekankan bahwa Dinkes Kalsel berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya pencegahan, pengobatan, dan pengendalian HIV. Penurunan kasus pada 2025 menjadi dorongan untuk memperkuat strategi yang telah berjalan, sehingga masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan yang lebih baik dan terlindungi dari risiko penularan HIV. (rizqon)





