BANJARMASIN, klikkalsel.com – Bisnis koran bekas saat ini masih menjadi peluang usaha yang menguntungkan, meski produksinya sudah mulai surut dan tidak sebanyak dulu. Namun dalam sebulan omset yang didapat dari jual koran bekas bisa mencapai jutaan rupiah.
H Abdul Syukur, warga Jalan Pangeran Samudera, Gang Penatu, Banjarmasin Tengah yang menjadi salah satu agen koran dan majalah paling tua di Banjarmasin, mengaku dari usaha yang didirikan sejak tahun 70an itu sampai sekarang masih menguntungkan.
“Masih menguntungkan, tapi tidak sebesar dulu,” ujarnya Minggu (19/9/2021).
Saat klikkalsel.com berkunjung ke lapaknya, terlihat banyak tumpukan koran bekas dari berbagai media cetak. Tidak hanya media yang ada di Kalsel tapi juga ada dari luar. Tempat itu sekaligus rumah tinggalnya.
Ia mengaku sudah menggeluti bisnis koran tersebut kurang lebih selama 40 tahun. Namun, sebelum terjun total di bisnis ini, ia sempat bekerja sebagai penjual koran.
Baca Juga : Aditya Tekankan Peserta Uji Kompetensi Jobfit Pimpinan di Banjarbaru Serius
Beberapa tahun kemudian, kata Kakek lima buyut ini, ia mulai mencoba peruntungan untuk menjadi agen koran. Tidak ia sangka usahanya ternyata berhasil. Sejumlah perusahaan media mempercayai dan mau menyuplai koran dan majalah kepadanya.
“Seperti koran Jawa Pos, Majalah Tempo, Nova, Majalah Bobo, dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, cerita H Syukur sapaan akrab warga sekitar baginya. Semakin tahun usahanya maju pesat. Bukan hanya membagi ke kantor-kantor pemerintahan, tapi juga menyuplai ke rombong-rombong koran.
“Saking banyaknya pelanggan, padahal sudah dibantu anak-anak, waktu itu saya sempat kewalahan. Kemudian, saya mulai merekrut puluhan karyawan untuk membantu,” ujarnya.
“Kondisi ini berlangsung sekitar tahun 1980-2000. Memasuki era digital, perlahan pelanggan yang membeli koran maupun majalah sudah menurun,” sambungnya.
Akibat mulai menurunnya pembeli, ia pun terpaksa memberhentikan para pekerjanya. Ditambah kelima anaknya sekarang sudah berkeluarga dan punya pekerjaan masing-masing.
“Sekarang saya hanya seorang diri menjalankan bisnis ini, paling terasa itu dalam tiga tahun terakhir, apalagi masa pandemi,” ucapnya lirih
Sebelumnya, pada masa masih jaya jayanya ungkap H Syukur, ia mampu menjual koran lokal dan koran nasional puluhan ribu eksemplar per harinya, sekarang hanya ribuan.
“Semakin banyak koran terjual, kian banyak persenan yang didapatkan. Omzetnya bisa sampai Rp 3 juta per hari koran terjual, sekarang menurun drastis,” ungkapnya
Kala itu, sebelum dibagikan kepada pengecer, koran dan majalah baru hampir memenuhi sebagian rumahnya.
“Tapi itu hanya masa lalu. Sekarang tidak lagi. Kalau ada jumlahnya sedikit sekali. Itupun hanya memenuhi langganan saja,” imbuhnya.
Menurut H Syukur, usaha koran dan majalah sekarang kurang bagus, lebih menguntungkan koran bekas. Koran baru dijual per eksemplarnya di kisaran Rp2 ribu-Rp3 ribu, tapi perputarannya lambat, bahkan mungkin tidak laku.
“Untungnya tidak langsung bayar alias konsinyasi, sehingga masih bisa dikembalikan. Masyarakat sekarang lebih suka membaca berita-berita media online,” terangnya.
Sedangkan koran bekas dulunya Rp 2 ribu per kilo, sekarang sudah Rp10 ribu. Setiap hari ada saja yang membeli koran bekas, memang tidak banyak, tapi lumayan bisa untuk kebutuhan hidup ditengah pandemi. Pembelinya beragam. Paling banyak pedagang makanan.
“Satu bulan omzetnya lumayan bisa sampai Rp7,5 juta,” ujarnya.
Lebih lanjut, H Syukur mengatakan, ia mendapatkan koran bekas tersebut dari pengepul. Makanya koran bekas yang dijual, tidak hanya dari media cetak lokal saja, tapi juga ada dari luar Kalimantan Selatan.
“Saya beli dari pihak ketiga, enggak tahu mereka dapatnya dari mana,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi





