Jangan Heran Bila Curah Hujan Meningkat Saat Kemarau, Operasi Modifikasi Cuaca Dilaksanakan 10 Hari di Kalsel

TNI AU mengerahkan 1 unit pesawat Cassa C-212 dengan tail number A-2104 milik TNI AU yangdilengkapi peralatan khusus untuk membawa dan menyebarkan bahan semai Operasi Modifikasi Cuaca.

BANJARBARU, klikkalel.com – Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) mulai dilaksanakan di Kalsel guna mengantisipasi karhutla melebar. OMC dilaksanakan dilaksanakan selama 10 hari dari 14-24 Agustus 2025 dengan melibatkan BMKG, KLHK, Pemprov Kalsel, dan TNI Angkatan Udara.

Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Edison Kurniawan, menekankan pentingnya sinergi semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk menekan risiko karhutla yang setiap tahun menjadi ancaman serius.

“Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan nyata pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup yang konsisten terhadap pengendalian karhutla. Operasi ini bukan hanya responsif, tetapi juga langkah strategis untuk mencegah terjadinya kebakaran yang lebih luas,” ucapnya.

Dia menegaskan, karhutla parah pada tahun 2025 yang menyebabkan kabut asap lintas negara harus jadi evaluasi mitigasi agar tidak terulang kembali.

“Pada saat itu, kabut asap akibat karhutla melintasi batas negara dan menimbulkan protes dari negara-negara tetangga. Kini kita belajar, pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan mengambil langkah nyata agar hal tersebut tidak terulang,” ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan BMKG tinggi muka air tanah (TMAT) pada lahan gambut di Kalsel per 13 Agustus 2025 menunjukkan 65 persen area berada pada kategori rawan, dengan TMAT antara 0–40 cm di bawah permukaan tanah.

Baca Juga : Hadapi Potensi Karhutla, Kalsel Minta Kerahkan 6 Helikopter dan Modifikasi Cuaca ke BNPB

Baca Juga : ​BPBD Banjar Latih Ratusan Relawan Hadapi Karhutla

“Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar lahan gambut mulai mengering. Jika dibiarkan, gambut yang kering mudah teroksidasi dan terbakar, sehingga menimbulkan kabut asap,” jelasnya.

Sebaran lahan gambut di Kalsel saat ini terdapat di 7 kabupaten, yakni Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong, dan Barito Kuala. Edison menekankan, kelembapan lahan gambut menjadi prioritas untuk mencegah kebakaran.

Meski demikian, tantangan yang dihadapi tidak ringan, sebab sebagian wilayah Kalsel baru memasuki musim kemarau pada Agustus dasarian kedua. Sementara tujuh zona musim di bagian timur belum sepenuhnya masuk musim kemarau.

Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada akhir Agustus hingga September, sehingga potensi karhutla masih harus diantisipasi.

BMKG mencatat, berdasarkan pemantauan satelit per 13 Agustus 2025, tidak ada hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi di Kalsel. Namun Edison mengingatkan agar hal ini tidak membuat lengah.

“Prediksi pertumbuhan awan 7 hari ke depan menunjukkan peluang terbentuknya awan hujan yang mendukung pelaksanaan OMC. Dengan keberhasilan penyemaian garam, kita harapkan dapat menurunkan hujan di wilayah prioritas,” pungkasnya. (rizqon)

Editor: Abadi