Implementasi Biodiesel B-50 Dari Kalsel Untuk Indonesia Mandiri Energi

Optimis: Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman memaparkan keunggulan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia hasil pengembangan B-50 yang konsisten saat memimpin Soft Launching implementasi Biodiesel B-50 di Pabrik Biodiesel PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu.

BATULICIN, klikkalsel.com – Pemerintah terus berupaya wujudkan kemandirian energi nasional, salah satunya dengan mengakselerasi implementasi pengembangan biodiesel B-50. Tak dapat dipungkiri, Biodiesel masih dapat diandalkan untuk menjadi alternatif mengganti bahan bakar fosil yang mulai terbatas pasokannya.

Terlebih lagi, biodiesel berperan strategis karena memiliki pengaruh positif dalam berbagai aspek khususnya aspek lingkungan. Ke depan, diyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.

Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Angka Sementara Tahun 2023 Kelapa Sawit memiliki lahan seluas 16,8 Juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton. Industri kelapa sawit Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan di tahun 2024.

Dari sisi ekonomi global, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju.

USA masih dilanda inflasi yang di atas target, China sebagai salah satu konsumen terbesar 2 minyak sawit juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca Covid-19. Begitu juga dengan Eropa dimana kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi.

Sementara itu, eskalasi geopolitik global kian memanas. Diperkirakan prospek industri sawit tahun 2024 mempunyai kecenderungan bahwa konsumsi dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia dan kebutuhan energi biodiesel dengan adanya menuju implementasi B-50. Sedangkan harga minyak nabati dunia termasuk minyak kelapa sawit tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2023.

Baca Juga : PT Jhonlin Agro Raya Tbk Tonggak Sejarah Pertama Implementasi B-50 di Indonesia

Baca Juga : Hemat Devisa Rp56 Triliun, Jokowi Apresiasi Hadirnya Pabrik Biodiesel PT Jhonlin Agro Raya

Guna memastikan peningkatan produksi dan menjamin terpenuhinya kebutuhan minyak sawit dalam negeri dan ekspor, pemerintah bersama swasta berupaya melalui beberapa kegiatan pengembangan kebun sawit untuk energi dedicated area. Program ini berfokus khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi, sehingga kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak menganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri dan ekspor.

Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman menerangkan biodiesel B-50 sangat penting dan strategis sebagai kekuatan negara di tengah krisis pangan dan energi, yang mana Indonesia memiliki keduanya. Mentan Amran optimis Indonesia akan jadi lumbung pangan dunia apabila pengembangan B-50 yang konsisten.

“Bahwa Indonesia itu mampu dan bisa semakin kuat sebagai negara yang memiliki ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi terutama yang bersumber dari energi baru terbarukan. Kita harus menjaga ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi terbarukan dengan harga yang terjangkau, serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup,” ujar Mentan Amran memimpin Soft Launching implementasi Biodiesel B-50 di Pabrik Biodiesel PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Minggu (18/8/2024).

Amran menambahkan, energi terbarukan terus diimplementasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak penggunaan B-15 di tahun 2015, B-20 di tahun 2019, B-30 di tahun 2022, hingga B-35 saat ini sudah dijalankan sejak tahun 2023.

Ke depan, melalui program prioritas energi nasional yaitu implementasi program biodiesel B-50 dan Bioetanol E-10, diharapkan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) terus mengalami peningkatan secara nasional, sehingga dapat menekan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).

Mentan Amran menegaskan bahwa pemerintah telah memulai inisiasi pemanfaatan minyak sawit pada program biodiesel sejak tahun 2019, yang maan terdapat prototipe pengembangan biodiesel yang terbuat dari 100 persen minyak kelapa sawit (B100).

“Saat ini kami ditugaskan untuk mengawal kesiapan pemerintah untuk program implementasi biodiesel B-50 tersebut, tidak hanya dari sisi supply pada kesiapan bahan baku CPO tetapi lebih luas lagi bahwa kami pada prosesnya menyiapkan dan mengidentifikasi secara cermat bersama dengan Kementerian ESDM terkait kajian teknis, ekonomi, fiskal, sarana prasarana, transisi B-50, standar mutu dan spesifikasi, kajian bisnis, aspek legalitas hingga uji terap dan road test serta hal-hal teknis lainnya menuju implementasi biodiesel B-50,” jelasnya.

Mentan Amran menambahkan bahwa, penggunaan biodiesel ini dapat menghemat devisa negara untuk impor solar yang membebani keuangan negara rata-rata hingga Rp. 300-400 triliun per tahun. Di sisi lain, dengan pemanfaatan minyak sawit untuk B-50 ini, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar ekspor sawit yang sering menghadapi kampanye negatif serta berbagai persyaratan yang mengganggu ekspor sawit nasional.

Menurut Mentan, jadi sudah jelas target ke depan adalah bersiap untuk implementasi penggunaan biodiesel B-50. Melalui kegiatan soft launching yang digelar di Kalsel akan menjadi catatan sejarah tersendiri sebagai pelopor implementasi B-50 di tanah air.

“Terima kasih kepada semua pihak dalam mendukung setiap kebijakan dan program pemerintah, semoga ini menjadi bukti bahwa kita bersama-sama membangun bangsa tercinta ini sebagai negara yang perlu diperhitungkan oleh negara lain dan berhasil wujudkan kemandirian energi dan kemandirian pangan,” pungkasnya.(rizqon)

Editor : Amran