Religi  

Hati-Hati Membicarakan Orang di Belakang, Meski Benar Tetap Bisa Jadi Dosa

Ustadz H Adi Rahman

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang tak sadar telah terjatuh dalam perbuatan yang berbahaya, bukan karena senjata, melainkan karena lisan. Salah satu di antaranya adalah ghibah, atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya, meskipun hal tersebut benar adanya.

Ustadz H. Adi Rahman, mengingatkan oleh karena itu pentingnya menjaga lisan agar tidak terjerumus ke dalam ghibah dalam kehidupan sehari-hari.

“Ghibah itu adalah menyebutkan sesuatu tentang saudara kita, yang jika dia mendengarnya maka dia tidak akan suka. Walaupun itu benar. Kalau tidak benar, maka itu bukan lagi ghibah, tapi sudah menjadi fitnah,” jelas Ustadz Adi, Kamis (10/7/2025).

Ia menjelaskan, banyak orang merasa aman karena merasa berkata jujur tentang seseorang. Padahal, Islam memiliki standar adab yang lebih tinggi dalam menjaga kehormatan sesama.

“Ukuran dosa bukan hanya pada benar atau tidaknya ucapan, tapi apakah itu menyakitkan dan merusak kehormatan orang lain. Kalau kita membicarakan aib orang, meskipun fakta, tetap berdosa,” Imbuhnya.

Ustadz Adi pun mengajak jamaah dan masyarakat luas untuk menahan diri dari obrolan yang merendahkan, menjelekkan, atau bahkan sekadar menyindir orang lain.

“Bahasa kita harus menenangkan, bukan membakar. Lisan bisa jadi jembatan menuju surga, tapi juga bisa jadi tali penjerat ke neraka,” katanya menutup tausiyah.

Dalam era media sosial yang serba cepat ini, peringatan Ustadz Adi Rahman terasa semakin relevan. Mengomentari keburukan orang lain di kolom komentar, menyebarkan cerita negatif di grup percakapan, atau bahkan membuat konten gosip, semuanya bisa termasuk dalam kategori ghibah dan fitnah.

Baca Juga : Jaring Duta Wisata Islami: 73 Peserta Ikuti Audisi Nanang Galuh Banjar 2025

Baca Juga : Amalan Hari Arafah untuk Pengampun Dosa

Dalam Islam, menjaga kehormatan sesama adalah bagian dari menjaga ukhuwah (persaudaraan). Nabi Muhammad SAW bahkan menyebut ghibah dalam salah satu hadisnya bagaikan memakan daging saudaranya sendiri – suatu gambaran yang sangat keras untuk mengingatkan betapa beratnya dosa tersebut.

Masyarakat diimbau lebih bijak dalam berkata-kata, baik di dunia nyata maupun digital. Sebab, satu kalimat yang tak disengaja bisa menyakitkan hati orang lain, bahkan membawakan dosa yang terus mengalir.

“Kalau tidak bisa berkata baik, lebih baik diam,”pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi