Hardimen Koto, Penulis Buku Sejarah Barito Putera Tutup Usia

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Keluarga besar PS Barito Putera merasa kehilangan yang mendalam dengan meninggalnya Hardimen Koto (Bang Memen), sosok yang telah lama dikenal sebagai penulis, pengamat, dan pencinta sepak bola di Indonesia.

Bang Memen yang setia mendokumentasikan perjalanan klub Bartio Putera kebanggaan Kalimantan Selatan tersebut banyak berkontribusi dalam menyusun sejarah panjang PS Barito Putera melalui dua buku monumental yang ditulisnya.

Bang Memen menghembuskan nafas terakhir di usia 61 tahun di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin pada Sabtu (16/11/2024) sekitar pukul 5.50 Wita.

Kabar duka tersebut sampai hingga ke CEO Barito Putera, Hasnuryadi Sulaiman yang turut berbelasungkawa atas kepergian Bang Memen, penulis dua buku sejarah tentang Barito Putera tersebut.

“Saya mewakili keluarga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan,” ujarnya.

Baca Juga Pererat Kekeluargaan: Barito Putera Gelar Makan Malam di Kediaman Founder

Baca Juga Barito Putera Bersholawat Sekaligus Rilis Buku The True Legend

Menurutnya, Bang Memen adalah orang yang sangat luar biasa dan didikasihnya dalam perkembangan persepakbolaan di Indonesia begitu besar.

“Beliau ini sempat membuat dua buku tentang sejarah Barito Putera yang pertama tentang Abah dan Mama (almarhum H Abdussamad Sulaiman HB dan almarhumah Hj Nurhayati) kemudian yang kedua tentang pemain yaitu The True of Barito Putera Legend,” ungkapnya.

Dua buku tersebut, bagi tokoh muda yang akrab disapa bang Hasnur adalah maha karya yang sangat luar biasa dan sangat berarti bagi dirinya.

Keduanya bukunya bukan hanya berisi data dan fakta sejarah, tetapi juga memuat kisah-kisah inspiratif dari pemain, pelatih, dan berbagai pihak yang terlibat dalam mengembangkan PS Barito Putera.

“Kita tau bang Memen ini selalu bersama sama kita ya terbukti dengan membuat dua buku tentang Barito, sebenarnya kita malah ingin membuat film dari tulisan beliau tersebut”ucapnya.

Dan itupun diungkapkan Bang hasnur bahwa buku-buku tersebut merupakan sebuah legacy atau warisan yang harus kita apresiasi.

“Saya mengucapkan terimakasih kepada mendiang Bang Memen atas karyanya yang luar biasa dan terimakasih juga sudah menjadi bagian dari kami, sekali keluarga selamanya keluarga,” tuturnya.

Dikutip dari beberapa sumber. Bang Memen semasa hidup memulai kariernya dari dua media lokal yang terbit di Padang yaitu Harian Semangat dan Harian Singgalang.

Sejak awal terjun ke dunia jurnalistik, ia sudah memfokuskan diri untuk bidang olahraga, terutama cabang sepak bola yang memang sangat dicintainya.

Ketika hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Tabloid Olahraga BOLA (milik Kelompok Kompas Gramedia), kariernya terus menanjak. Bersama BOLA, ia kerap melakukan perjalanan jurnalistik ke mancanegara.

Ia juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang pernah meliput turnamen sepak bola Piala Afrika di beberapa kota di Tunisia.

Pernah terjun menjadi broadcaster dengan bergabung bersama stasiun televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) dan menjadi host-presenter pada saat penyelenggaraan putaran final Piala Thomas dan Uber di kota Guangzhou, China serta Jakarta.

Keluar dari televisi dia kemudian mengelola majalah sepak bola terkenal FourFourTwo.

Pergaulannya yang luas dan internasional menjadikan dirinya salah satu jurnalis yang ikut mendirikan organisasi Asian Soccer Journalist di Hiroshima, Jepang.(restu)