BANJARMASIN, klikkkalsel.com – Ketua Umum Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB), Yuni Abdi Nur Sulaiman menyayangkan pernyataan Denny Indrayana 74 persen masyarakat Banjarmasin memilih dalam Pilkada karena uang. Menurut Haji Yuni, tudingan tersebut harus ditepis dengan tingkat partisipasi pemilih meningkat dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU).
Adik Hasnuryadi Sulaiman ini, menuturkan, pernyataan Denny Indrayana tersebut merendahkan harga diri warga banua khususnya masyarakat Banjarmasin. Denny Indrayana menyandang gelar profesor, ujar Yuni, harusnya memilih diksi yang bijak.
“Sangat menyayangkan sikap Denny Indrayana. Apalagi kami sebagai warga Bakumpai di Banjarmasin sangat erat rasa kebersamaan dan kekeluargaan,” tegasnya, Jumat (7/5/2021).
Yuni mengajak warga di wilayah PSU Pilkada Kalsel datang beramai-ramai ke TPS ikut mencoblos guna mematahkan fitnah Denny Indrayana. Dia pun mengimbau masyarakat Banjarmasin agar tidak termakan fitnahan Denny dan menganggapnya sebagai angin lalu.
“Saya mengimbau saudara-saudaraku jangan terpancing dengan tudingan dan tuduhan seperti itu. Saya mohon saudara-saudaraku sabar. Begitu juga saudara-saudaraku di wilayah PSU,” tuturnya.
Khusus masyarakat di wilayah PSU, Haji Yuni bahkan mengajak seluruh masyarakat beramai-ramai datang ke TPS untuk ikut mencoblos demi membuktikan bahwa pernyataan Denny hanya fitnah. Juga membuktikan bahwa rakyat Banua menjunjung tinggi proses demokrasi.
“Mari kita buktikan bahwa tudingan Denny itu hanya fitnah dengan datang beramai-ramai ke TPS. Kita tunjukkan masyarakat Banjarmasin dan Kalsel tak mata duitan. Juga kita tunjukkan jangan sampai kita memilih pemimpin yang suka asal tuding atau bikin fitnah,” pintanya.
Sementara itu, Yogi Adhiatma, Sekretaris Umum DPW PSI Kalsel, menilai Denny Indrayana sebagai intelektual telah melakukan kecerobohan fatal.
“Kasus data invalid 74 persen warga Banjarmasin ikut memilih karena uang adalah kecerobohan fatal bagi seorang politisi seperti Denny Indrayana yang katanya intelektual. Sungguh benar-benar memprihatinkan,” kata Yogi, Jumat (7/5/2021).
Menurut Yogi, PSI sepakat soal tidak diperbolehkannya politik uang atau money politics.
“Kader PSI adalah kader-kader intelektual yang benar-benar dididik agar selalu menyampaikan hal-hal yang benar ke publik. Bukan sekedar membaca judul berita kemudian melemparkannya ke publik sehingga meresahkan masyarakat Banjarmasin,” tegasnya.
Oleh sebab itulah, Yogi menantang Denny untuk debat terbuka soal korupsi dan bagaimana membangun daerah tanpa korupsi.
“Saya tantang Denny Indrayana debat terbuka soal korupsi dan bagaimana idealnya suatu daerah tanpa korupsi. Saya tunggu jawaban Denny saat jelang PSU ataupun setelah PSU, sebagai paslon gagal atau sebagai gubernur terpilih,” tandasnya.
Dia menyebut PSI Kalsel tak gentar berdebat melawan Denny yang elite Jakarta ataupun sebagai mantan guru besar atau profesor UGM.
“Jangan sebut kami kader BuzzerRp atau kader partai yang tidak bisa diajak berfikir konstruktif. Perlu diingat, tidak ada niat baik yang bisa dicapai dengan cara-cara buruk atau data-data invalid. Sebaliknya tidak ada niat buruk yang berubah menjadi baik, meski dilakukan dengan cara-cara kebaikan,” kata Yogi.
Elly Rahmah, anggota Fraksi PAN DPRD Kota Banjarmasin, mengaku tak percaya dengan fitnah Denny Indrayana.
“Saya meragukan data 74 persen warga Banjarmasin memilih karena duit yang ditudingkan Denny merupakan hasil survei SMRC,” kata Elly.
Sebab kalangan menengah atas di Banjarmasin tidak lagi memilih karena duit, tapi lebih memilih karena profil dan jejak rekam paslon. Sementara kalangan milenial lebih selektif lagi dalam memilih pemimpin dan tidak lagi terpengaruh duit.
“Makanya saya betul-betul tidak setuju bila warga Banjarmasin disebut mata duitan,” pungkasnya.(rizqon)
Editor : Amran