Beredar Hoaks Sengaja Tabrakan Diri ke Mobil di Banjarmasin, Ketua PWI Kalsel: Rendahnya Literasi dan Etika Digital

Ketua PWI Kalsel, Zainal Helmie

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Beberapa hari lalu ramai beredar video dugaan seorang pria yang mengendarai motor dengan sengaja menabrakkan dirinya ke sebuah mobil di Banjarmasin. Dinarasikan pria tersebut sengaja melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ganti rugi dari mobil yang ditabraknya.

Video berdurasi 43 detik yang direkam oleh seorang perempuan tersebut banyak mendapatkan tanggapan dari warganet. Tak sedikit yang mengaku resah dan takut dengan adanya kejadian tersebut.

Namun fakta terkuak usai jajaran Polsek Banjarmasin Timur melakukan penelusuran dan menemukan identitas pria dałam video tersebut. Hasil klarifikasi dari beberapa pihak memastikan bahwa kejadian tersebut tidak seperti yang diduga sebelumnya.

Akhirnya diketahui pria tersebut sengaja mengikuti sebuah mobil dan berusaha menghentikannya karena didalamnya terdapat dua anak dan mantan isterinya. Pria tersebut mengaku rindu dengan dua buah hatinya akibat telah lama tidak bertemu, sedangkan di saat yang sama ia sedang terlibat masalah dengan mantan isterinya.

Melihat hal itu, Ketua PWI Kalsel Zainal Helmie turut buka suara. Menurutnya kejadian viralnya video yang ternyata berisikan informasi palsu atau hoaks menunjukan masih rendahnya literasi terkait penggunaan media sosial di masyarakat.

Salah satu indikasi kuat rendahnya literasi itu adalah masih buruknya etika dalam menggunakan media sosial.

“Perilaku asal posting tanpa mengetahui pasti kebenaran infomasi dan hanya menyandarkan asumsi itu menunjukan masih buruknya etika dałam penggunaan media sosial,” terang Helmie, Kamis (13/11/2025).

Baca Juga : PWI Adaro Cup 2025, Sarana Gali Bibit Futsal dari Kalangan Wartawan

Baca Juga : Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir Terima Lencana Kehormatan “Jer Basuki Mawa Beya” dari Gubernur Jatim

Hal itu diperparah dengan latahnya warganet yang turut menyebar luaskan infomasi tersebut tanpa menyaring dan berupaya mencari kebenaran dibaliknya.

Dampaknya, penyebaran misinformasi atau hoaks semakin masif dan mempengaruhi opini publik.

“Yang dałam kejadian ini menimbulkan keresahan dan ketakutan di tengah masyarakat,” ucapnya.

“Tidak hanya video itu saja. Kita juga banyak menemukan video hoaks lain. Misal masalah video PHK masal perusahaan rokok yang ternyata juga tidak benar atau video ular makan perempuan di Jakarta yang ternyata cuma cari sensasi,” sambungnya.

Kondisi ini ujar Helmie jika dibiarkan akan turut menyebabkan penurunan sikap toleransi yang dapat memicu konflik di tengah masyarakat. Selain itu juga dapat “menyuburkan” ancaman terhadap kejahatan siber.

Untuk itu Helmie mengharapkan peran serta dari semua pihak guna meningkatkan literasi digital terhadap berbagai lapisan masyarakat.

Beban (memberikan literasi) ini jangan hanya diberikan kepada Kominfo atau organisasi pers saja. Namun juga harus dipikul lembaga-lembaga lain, tak terkecuali aparat-aparat negara. Sebab jika sudah “akut”, maka akan merugikan semua pihak, bahkan berpotensi memecah belah bangsa.

“Ini yang dinamakan dengan post truth, dimana kita akan kesulitan membedakan antara kebenaran dan informasi palsu,” pungkasnya. (David)

Editor: Abadi