BARABAI, klikkalsel.com – Bulan Suci Ramadan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri menjadi momen berkah bagi semua orang untuk mencari rezeki, tidak terkecuali tukang becak sekalipun.
Salah satu fenomena yang umum terjadi pada Bulan Ramadan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), yakni deretan tukang becak mewarnai sejumlah ruas jalan utama di Kota Barabai untuk mencari keberkahan, Minggu (1/5/2022).
Sejumlah ruas jalan di Kota Barabai itu meliputi, Perempatan Manjang, Seputaran Lapangan Dwi Warna, Jalan Genesya Barabai, Areal Pasar Murakata dan Pasar Keramat.
Samsuri salah satu tukang becak asal Desa Paya, Kecamatan Batu Benawa mengaku, sudah puluhan tahun mengayuh becak untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Menurutnya, Bulan Suci Ramadan ini menjadi momen meraup keberkahan, baik itu untuk berkerja yang bernilai ibadah, maupun menerima berbagai rezeki dari para dermawan yang peduli akan para pengayuh becak.
Baca Juga : Gerakan Sedekah Lima Ribu, Borong Dagangan dan Bagikan kepada Masyarakat
Baca Juga : H-2 Lebaran, Kapolresta: Banjarmasin Aman
“Sudah puluhan tahun, belum ada pasar hanyar sudah membecak,” terangnya yang menandakan sudah sekian lama menggeluti profesi tersebut.
Lebih lanjut, di usianya yang sudah tua tidak menyurutkan niatnya untuk terus bekerja, walaupun hasil dirinya mengayuh becak tidak menentu setiap harinya.
“Penghasilan tidak menentu, kadang-kadang tak ada atau lepas. Terkadang ada juga Rp30 ribu, Rp50 ribu tapi jarang juga yang penting halal,” ucapnya.
Ia tak menampik fenomena becak yang menjamur pada Bulan Suci Ramadan. Menurutnya, fenomena itu hal yang umum terjadi untuk mencari rejeki tambahan di samping penghasilan yang tidak menentu itu.
“Mencari rezeki, kadang-kadang ada diberi paket ramadan, paket lebaran, zakat. Namun, tahun ini paling sakit,” tambahnya.
Sementara, untuk mencukupi kebutuhan tambahan lainnya, istrinya pun turut juga bekerja dengan membuka jasa pijat urut rumahan. Namun, menurut Samsuri, tetap pekerjaan utama sebagai pengayuh becak untuk menghidupi keluarganya.
Pengakuan pengayuh becak lainnya, Jumbri warga Aluan Besar, Kecamatan Batu Benawa, juga sudah puluhan tahun mengadu nasib sebagai pengayuh becak.
“Biasa pagi berangkat, sore pulang. Penghasilan juga tidak menentu,” tambahnya.
Tak jarang, menurutnya para pengayuh becak terpaksa berbuka puasa di jalanan, apabila tidak sempat pulang ke rumah.
Sementara, pekerjaan lainnya pun turut digeluti, seperti sebagai kuli bangunan, buruh, atau pekerjaan lainnya yang menurutnya asal halal.
“Fenomena Ramadan ini, ratusan tukang becak mewarnai ruas jalan di HST. Semuanya sama, mengadu nasib, mencari rezeki dan keberkahan dari bulan Ramadan,” tukasnya. (dayat)
Editor : Akhmad





