BANJARMASIN, klikkalsel.com – Kala itu dia masih berusia 22 tahun, menyandang status mahasiswa UNISKA Muhammad Arsyad Al-Banjari (MAAB). Baju kaos dan celana jeans jadi pilihan fashion favoritnya menjalani perkuliahan di tahun 1990. Sosok itu tak lain adalah Sahbirin Noor muda.
Kesederhanaan mengisi kehidupan Sahbirin. Hidup pas-pasan, ia jalani sebagai mahasiswa yang sudah memiliki keluarga kecil jauh dari bergelimang harta.
Saat kuliah Sahbirin bukan kategori mahasiswa KUPU-KUPU (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang). Dia banyak mengisi waktu di kampus dengan berbagai kegiatan. Makalah kuliah dan berkas organisasi seolah tak pernah ketinggalan saat berkumpul mahasiswa lainnya di kampus.
Entah apa yang menjadi motivasi Sahbirin muda betah berada di kampus, padahal saat itu dia telah memiliki keluarga kecil bersama sang istri Raudatul Jannah dan dikaruniai anak pertama, Sandi Fitrian Noor. Mungkin ini sekilas terkesan Sahbirin mengedepankan egonya.
Namun hal itu terbantahkan saat mendengar pengakuan teman satu angkatan kuliah Sahbirin. Mardiana mengungkapkan kala itu Sahbirin sudah berstatus PNS yang hanya lulusan SMA. Tahun 1991 silam, Sahbirin berkerja di Dinas Kesehatan Banjarmasin, waktu itu masih berkantor di Jalan Brigjen Hasan Basri yang sekarang menjadi Samsat Banjarmasin II.
“Saat itu kepala dinasnya bapak Zairullah Azhar yang sekarang Bupati Tanah Bumbu. Paman Birin jadi staf biasa, disuruh mengantar surat,” ujarnya.
Mardiana mengaku salut dengan temannya itu yang mampu membagi peran dalam satu momen. Selain tulang punggung keluarga, Sahbirin jua sebagai mahasiswa yang menggeluti beberapa organisasi.
Baca Juga : Paman Birin Terisak Membacakan Puisi di Hari Pahlawan
Hal yang paling membekas di ingatan Mardiana yakni saat ia menjumpai Sahbirin bekerja serabutan di Pelabuhan Martapura Lama, Jalan RE Martadinata Banjarmasin. Mardiana sungguh tak menyangka sampai segitunya yang dilakukan Sahbirin.
“Waktu itu kita lagi nongkrong di kampus membahas kegiatan organisasi, Paman Birin tiba-tiba minta izin pulang lebih awal. Tidak sengaja di waktu sore, pas lewat pelabuhan melihat Birin mengangkat barang-barang,” ucapnya.
“Birin beapa ikam di sini (Birin ngapain kamu di sini?,” tanya Mardiana.
“Jangan bekisah lawan kawalan (jangan diceritakan dengan teman-teman). Aku sambil mencari tambahan di rumah,” imbuh Mardiana menirukan ucapan Sahbirin.
Momen itu Mardiana simpan lama dan tak dia ceritakan kepada teman-teman di kampus. Dia mengerti alasan Sahbirin, bukan karena malu bekerja serabutan, melainkan tak ingin teman-teman di kampus merasa iba.
Baca Selengkapnya di Halaman Selanjutnya