Religi  

Haji Mabrur Tercermin dari Akhlak dan Perubahan Diri

Ustadz H Adi Rahman

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Predikat haji mabrur menjadi harapan tertinggi setiap Muslim yang berangkat ke Tanah Suci. Namun menurut Ustadz H. Adi Rahman, kemabruran haji bukan hanya dilihat dari kesempurnaan manasik, melainkan dari perubahan sikap dan akhlak setelah menjalankan ibadah haji.

Dalam kajian yang disampaikannya, Ustadz H Adi Rahman mengisahkan, suatu ketika sahabat nabi bertanya kepada Rasulullah SAW tentang makna haji mabrur.

“Rasulullah menjawab dengan kalimat yang singkat namun sarat makna. Memberi makan dan menebarkan kedamaian.,” ujar ustadz, Selasa (15/7/2025).

“Dua hal ini mencerminkan nilai sosial dan spiritual dalam haji yang mabrur. Yakni peduli terhadap sesama serta menciptakan suasana damai di sekitarnya,” sambun Ustadz H Adi Rahman.

Ia menambahkan, orang yang pulang dari haji dan meraih mabrur akan menunjukkan kepedulian nyata, seperti kedermawanan dalam bentuk memberi makan dan bersedekah. Hal ini mencerminkan hati yang lapang dan jiwa yang terlatih selama menjalani rangkaian ibadah haji.

Selain itu, menebarkan kedamaian menurutnya bukan hanya sekadar menghindari konflik, melainkan juga menjaga lisan, menjauhi ucapan kotor, serta bersikap ramah dan santun dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga Kloter Terakhir Tiba, Rangkaian Pemulangan Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin Resmi Ditutup

Baca Juga Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin yang Wafat Bertambah Menjadi Enam Orang

“Haji mabrur akan tampak dari sikap seseorang yang lebih sabar, lembut, dan tidak mudah marah. Ia menjadi pribadi yang menghadirkan ketenangan bagi orang lain,” ucapnya.

Tak kalah penting, Ustadz Adi Rahman menekankan pentingnya keikhlasan dalam menunaikan ibadah haji. Menurutnya, hanya ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah-lah yang akan membuahkan kemabruran.

“Haji yang ikhlas akan membentuk karakter. Ia tidak hanya menjalani ibadah haji di Tanah Suci, tetapi membawa semangat itu hingga ke tanah air. Ia meninggalkan perbuatan tercela dan konsisten dalam amal sholeh,” ujarnya.

Penutupnya, ia menyampaikan bahwa haji mabrur bukan sekadar status, tapi proses pembentukan diri yang berkelanjutan. “Kalau setelah haji tidak berubah menjadi lebih baik, maka perlu kita koreksi kembali niat dan amalan kita,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi