Selamatkan Meratus, Aktivis Lingkungan Kalsel Berbaring di Jalanan Depan Istana Merdeka

Foto :rizqon/kliklasel

BARABAI, klikkalsel – Masyarakat dan organisasi lingkungan di Kalimantan Selatan (Kalsel) ikut ambil bagian dalam perayaan hari kemerdekaan RI ke 74 melalui aksi #BersihkanIndonesia di depan Istana Merdeka, Senin (19/8/2019), Jakarta.

Aksi unjuk rasa ditandai dengan berbaring di jalanan sebagai simbol bahwa kondisi keterjajahan masih berlangsung. Dalam gerakan #BersihkanIndonesia, masyarakat menyerukan kebebasan hakiki dari kerusakan lingkungan dengan meninggalkan sumber energi fosil dan batu bara kotor beralih ke energi bersih terbarukan.

Sebelumnya, Masyarakat Dayak di Pegunungan Meratus di Desa Kiyu dan Batu Kambar Kecamatan Batai Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga menggelar aksi gerakan Save Meratus End Coal, tepat pada HUT RI ke 74, Sabtu (17/8/2019).

Aksi dilakukan melalui kegiatan long march atau jalan jauh dengan membentangkan spanduk penolakan penambangan dan pengibaran bendera Merah Putih.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan saat ini pegunungan Meratus yang merupakan atap dan sumber kehidupan masyarakat kian terancam.

“Kalsel dalam kondisi darurat ruang. Eksploitasi sumber daya alam begitu masif. Separuh wilayah Kalsel sudah dikuasai tambang dan perkebunan monokultur (sawit). Karena itu pegunungan Meratus harus kita selamatkan,” ujarnya, Senin (19/8/2019) kepada klikkalsel.com

Dwi menegaskan, Pegunungan Meratus yang menghampar sepanjang Kalsel dan Kalimantan Timur masih terus diincar oleh perusahaan tambang batubara.

Padahal, Pegunungan Meratus juga merupakan sumber air utama bagi tiga provinsi termasuk Kalimantan Tengah.

Diterangkannya Pegunungan Meratus adalah paru-paru hutan tropis terakhir yang harus diselamatkan. Namun sayangnya, wilayah adat Dayak Meratus belum diakui negara padahal mereka telah hidup jauh sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaan.

“Komitmen negara terhadap keselamatan rakyat dan lingkungan harus ditunjukkan, salah satunya dengan mencabut izin tambang dan izin perusahaan monokultur di pegunungan Meratus,” kata Kisworo, salah satu juru bicara #BersihkanIndonesia.

Hal senada juga diserukan oleh aktivis lingkungan dan figur muda di Kalsel, Berry Nahdian Forqan. Ia menegaskan pemerintah harus secepatnya berangsur beralih dari pemanfaatan energi fosil minyak dan batubara ke energi bersih terbarukan

Menurut dia, Kalsel perlu meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengolah Bahan Bakar Gas (BBG) potensi energi terbarukan sebagai sumber energi pengganti kedepannya.

“Daerah juga bisa mandiri tanpa melakukan eksploitasi SDA secara masif, salah satunya dengan pengembangan sektor pertanian, tanaman kehutanan dan pariwisata,” ungkapnya.

Terlebih menurut Berry yang juga mantan Direktur Walhi Nasional itu, Kalsel sebagai penghasil batubara nomor dua terbesar di Indonesia cadangan batu baranya diperkirakan akan habis pada 2030 mendatang.

Dalam momentum hari kemerdekaan RI ke 74, aksi ini memberikan potret realita yang terjadi di berbagai daerah lainnya di Indonesia yang terancam oleh energi fosil seperti batu bara. Berry berharap aksi penolakan tambang sebagai pengingat banyaknya pekerjaan rumah Presiden dan Kepala Daerah untuk beralih ke energi bersih terbarukan yang dilakukan secara adil, termasuk bagi para pekerja di sektor batu bara.

Menurutnya #BersihkanIndonesia mendesak Presiden Terpilih untuk memastikan bahwa kebijakan pemerintahannya ke depan tidak lagi mengakomodir rencana baru pembangunan PLTU batu bara dan perizinan baru tambang batu bara pada tahun 2020, menuju phase-out dimulai 2030 dan untuk membersihkan pipeline energi dari PLTU batu bara. (rizqon)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan