H Tawfiqur Rahim Jelaskan Kebiasan ‘Mandi Bungas’ Orang Banjar

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Tahukan anda kebiasaan mandi – mandi yang berkembang dan sering dilakukan sebagian orang Banjar pada zaman dahulu untuk memperbaiki nasib (diri) yang dalam budaya Banjar itu dikenal dengan sebutan mandi bungas.

Kali ini, klikkalsel.com mencoba mengungkap kebiasaan sebagian orang Banjar zaman dulu tersebut dengan merangkum penjelasan dari ustadz H Tawfiqur Rahim MAg.

Kepada klikkalsel.com Rabu (20/10/2021) ustadz H Tawfiqur Rahim MAg menjelaskan, bahwa sebenarnya mandi bungas itu adalah tradisi (kebiasaan) orang Banjar di zaman dulu yang mengambil atau memanfaatkan malam di tanggal-tanggal baik pada bulan Hijriah.

“Kebetulan pada Kamis 21 Oktober 2021 ini bertepatan dengan 15 Rabiul Awal 1443 adalah ‘Malam Jumat’ yang mana dalam ajaran islam itu termasuk hari yang baik,” ujarnya.

Oleh karenanya, sebagian orang Banjar zaman dulu yang muslim, baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan untuk melakukan Mandi Bungas di bawah bulan.

Terlebih, orangtua zaman dahulu yang beranggapan itu adalah hari baik ingin anak-anaknya bisa memiliki nasib yang baik dengan Mandi Bungas.

Baca Juga : Fenomena Balap Liar di Banjarmasin Perlu Penanganan Bersama

Baca Juga : Besok Presiden Resmikan Jembatan ‘Basit’ Alalak

Baca Juga : Diduga Melakukan Penganiyaan, Seorang Kakek Diamankan Polisi

Dijelaskan ustadz H Tawfiqur Rahim MAg, Mandi Bungas yang dirinya maksud ini adalah untuk Bungas lahir dan batin.

“Baik secara fisik maupun secara batin, tingkah laku dan etika,” jelasnya.

Atas dasar itu, menurutnya masyarakat yang mempercayai budaya tersebut untuk tidak melewatkan momen Mandi Bungas, dengan cara mandi diluar rumah di bawah sinar rembulan yang telah memantulkan sinarnya di tempat tampungan air.

“Adapun caranya mandinya di luar rumah dengan syarat tetap menutup aurat pada waktu setelah Salat Isya hingga tengah malam,” ujarnya.

“Ditambah, dengan membaca amalan penggalan ayat dari Surah Nabi Yusuf yang berbunyi, (Robbie Innie Ra Aitu Ahada Asyara Kawkaban Wasy Syamsa Wal Qomara Ra Aituhum Lie Saajidien) dibaca sebanyak tujuh kali,” sambungnya.

Amalan ini menurutnya, sebagai bentuk upaya pembersihan diri secara lahir maupun batin. Selain itu juga untuk membentengi diri dari berbagai masalah yang datang dari luar dan dalam diri seseorang.

“Mudah-mudahan ini bermanfaat,” tutupnya.(airlangga)

Editor: Abadi